Pria Tua dan Hades


“Apa yang membawamu ke sini?” Tanya Hades dengan keheranan. “Bukankah engkau memimpin banyak orang untuk memuji Zeus dalam keagungannya? Mengapa kau berada dalam lembah terkutuk ini?”
Pria berjagut itu menjawab, “Aku tak tahu apa yang aku perbuat, aku menamakan ini kebaikan. Bagiku, bagi kaumku dan Zeus yang Agung. Aku mengalahkan semua musuhku yang berdiri menolak keagungan Zeus, aku menyebarkan segala fitnah agar di antara mereka yang tak percaya terjadi perpecahan sehingga aku dan pengikutku bisa dengan mudah mengalahkan mereka tetapi Zeus yang Maha Agung melemparku ke depan anjing-anjingmu.”

Kebahagiaan Sejati


Fio adalah seorang gadis dengan perawakan yang manis. Rambutnya terurai,  kulitnya putih dan tinggi semampai. Setiap pria yang bertemu dengannya pasti berdecak kagum dengan penampilannya tetapi belum ada yang berhasil memikat hatinya. Jauh di lubuk hatinya Fio mendambakan pria yang ganteng,gagah, romantis, serta mapan dalam bidang materinya sehingga ia lebih memilih menutup rapat setiap ada pria yang mencoba mendekatinya. Oleh karena karena kriteria yang telah dibuatnya tersebut menjadikan dia memandang rendah apa itu arti kesungguhan cinta yang sebenarnya. Jio adalah pria lemah yang telah lama menaruh hati padanya, dan bersedia melakukan apa saja untuk Fio bahkan bila Fio menginginkan ia mati untuknya, ia pun rela. Jio bukanlah pria yang ganteng, gagah apalagi romantis serta bukan termasuk dalam deretan pria yang mapan dari segi kehidupannya. Perangainya yang cenderung to the point dan terkadang membuat Fio tidak terlalu suka apalagi berusaha membuka hati untuknya. Fio merasa seperti memberikan langit untuk mencium bumi.

Harapan Fana



Bunga-bunga itu jatuh diantara mimpi-mimpinya seperti musim gugur yang akan segera berlalu dalam selimut dingin dan tirai salju serta menyembunyikan segala pikiran dalam gua terpencil.
Seorang muda dengan segala kekurangannya terjebak dalam pondok yang kecilnya menanti kapan semua ini akan berakhir. Di malam badai yang teramat dingin dan suara pepohonan yang menyerupai teriakan dan rintihan, ia bergulat dengan kepapaannya. Matanya seperti meloncat dari tempatnya menyembunyikan kengerian dan berlari sekedar menemukan kehangatan. Nafasnya tertelan  malam dan selimutnya tak cukup hangat menutupi raganya yang membeku.

Di penghujung waktu


Bayu senja membelai wajahku dengan kelembutan
sejenak melupakan takdir dan kepenatan sepanjang waktu
langit memamerkan warna keagungannya di antara bayang-bayang gelap
dan sang surya turun ke peraduan dunia bawah

dan kegelapan bagai roh berjubah hitam yang terbang dari barat
menutupi separuh dunia dengan jubah agungnya
dan bagai ombak menyapu hiruk pikuk terang yang tersisa
bersama bulan yang pucat dan bintang yang selalu mengawasinya dari kejauhan